Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin oleh komandan yang berbasis di timur, Khalifa Haftar, telah bertempur selama tiga tahun untuk menguasai Benghazi dari kelompok pemberontak dan faksi lainnya.
Sedikitnya 141 orang yang sebagian besar tentara yang setia kepada Marsekal Libya Khalifa Haftar, tewas dalam serangan di pangkalan Udara selatan, pada Jumat (19/5)
Hingga kini sebanyak 392 orang tewas dan sekitar 2 ribu orang terluka dalam bentrokan yang terjadi setelah penyerangan Jenderal Khalifa Haftar ke Tripoli pada 4 April lalu.
Rudal buatan AS yang diamankan di pangkalan milik komandan militer pemberontak Khalifa Haftar.
Menurut WHO, bentrokan antara kedua pihak menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas dan sekitar 5.500 lainnya terluka.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengkonfirmasi bahwa Haftar meninggalkan perundingan tanpa menandatangani rancangan kesepakatan yang telah ditandatangani Sarraj.
Pasukan pemerintah Libya menggempur posisi milisi panglima perang Khalifa Haftar di bandara Tripoli,
Erdogan mengirim tentara bayaran yang didukung Turki dari Suriah untuk memperjuangkan GNA, bersama dengan artileri dan senjata berat yang telah mengubah gelombang menguntungkannya.
Menurut laporan Amnesty International, milisi Jenderal Khalifa Haftar telah secara paksa mengusir lebih dari 5.000 pengungsi pada tahun 2020.
Uni Emirat Arab (UEA) dikabarkan telah meningkatkan pengiriman senjata yang diarahkan ke milisi Marsekal Lapangan Khalifa Haftar